Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menerjemahkan ekspresi aljabar siswa ditinjau dari kecerdasan majemuk. Pemahaman siswa dapat dilihat dari kemampuan menerjemahkan, dalam hal ini kecerdasan yang diteliti hanya empat ranah yaitu: kecerdasan linguistik, logika matematika, visual-spasial dan kecerdasan interpersonal. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus menggunakan pendekatan deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah 22 siswa kelas VII A SMP Negeri 15 Pontianak Tahun Ajaran 2016/2017. Instrumen penelitian adalah angket dan tes. Prosedur analisis data menggunakan tiga tahap yaitu: (1) reduksi, (2) penyajian data, (3) pengambilan keputusan atau verifikasi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah rata-rata nilai yang diperoleh siswa dengan kecerdasan linguistik sebesar 91,66 kategori amat baik, kecerdasan logika matematika sebesar 59,99 kategori kurang, visual-spasial sebesar 68,74, dan kecerdasan interpersonal sebesar 59,93 kategori kurang.
11 Kapita Selekta Pembelajaran Aljabar di Kelas VII SMP
Penalaran kuantitatif merupakan suatu penalaran yang menekankan pada penarikan kesimpulan berdasarkan data-data atau informasi kuantitatif. Sedangkan berpikir aljabar dikembangkan untuk melihat dan mempresentasikan pola dan hubungan yang direpresentasikan dalam ekspresi-ekpresi aljabar. Siswa belajar aljabar secara formal di kelas VII dan VIII. Pokok bahasan yang diberikan adalah bentuk aljabar dan sistem persamaan linier dua variabel. Kesulitan yang dialami oleh siswa adalah ketika menyelesaikan masalah kontekstual, terutama masalah yang kompleks. Sebagian besar siswa hanya menghafalkan algoritma atau metode dalam menyelesaikan masalah tanpa memahami dengan baik hubungan antara informasi-informasi yang diberikan dengan pertanyaan dalam masalah. Solusi dari masalah tersebut adalah menggunakan pendekatan pengembangan penalaran kuantitatif yang dimunculkan dalam proses pembelajaran matematika dari jenjang pendidikan dasar. Solusi tersebut dapat dilakukan karena terdapat hubungan timbal balik antara pengembangan jangka panjang kemampuan aljabar siswa dengan pengembangan jangka panjang penalaran kuantitatif siswa. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan kegiatan pembelajaran matematika di SD yang berfokus pada mengembangkan penalaran kuantitatif siswa, karena penalaran kuantitatif dapat dikembangkan mulai dari seseorang berumur lima tahun, sehingga dapat dimulai dari siswa mengenal bilangan.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
Pembelajaran matematika diarahkan agar peserta didik mampu berpikir rasional dan kreatif, mampu berkomunikasi dan bekerjasama, jujur, konsisten, dan tangguh menghadapi masalah serta mampu mengubah masalah menjadi peluang. Pembelajaran matematika dapat mempertimbangkan koneksi matematika dengan masalah nyata, bidang ilmu lain, dan antar materi matematika. Dalam kajian konmsep matematika sangat tergantung semesta pembicaraan yang disepakati dan pertimbangan jangkauan kognitif peserta didik disetiap jenjang pendidikan. Pola pikir deduktif dengan pendekatan pembelajaran induktif, matematika yang bersifat abstrak dengan pendekatan konkrit, sifat hirarkis dan konsistensi, serta penggunaan variabel atau simbol yang kosong dari arti, merupakan karakteristik matematika yang harus menjadi bahan pertimbangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
2ff7e9595c
Comentários